Sejarah Lambang Pramuka
Sosok di balik lambang pramuka adalah Soenardjo Admodipuro. Dia adalah penemu lambang tunas kelapa pada pramuka. Soenardjo Admodipuro adalah salah seorang petinggi di Departemen Pertanian sekaligus tokoh pramuka Indonesia pada tahun 1961.
Lambang ini digunakan pertama kalinya pada 14 Agustus 1961. Saat itu, Presiden Soekarno melantik anggota Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari di Istana Presiden.
Presiden Soekarno juga menganugerahi tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia kepada Gerakan Pramuka melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 448 tahun 1961. Hal ini diserahkannya kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Sejak saat itulah, setiap 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka dan tunas kelapa ditetapkan sebagai lambang dari Gerakan Pramuka Indonesia. Melalui Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 06/KN/72 tahun 1972, lambang tunas kelapa pun ditetapkan secara resmi sebagai lambang Gerakan Pramuka Indonesia.
Surat Keputusan tentang lambang Pramuka ini ditetapkan oleh Hamengku Buwono IX pada tahun 1972. Saat itu, Hamengkubuwono IX bertindak selaku Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Nyiur Pohon Serbaguna
Dari ujung hingga akarnya, tunas kelapa bisa dimanfaatkan. Lambang ini mengiaskan setiap Pramuka adalah manusia yang berguna dan membaktikan diri kepada kepentingan Tanah Air.
Lambang Tanda Kecakapan Khusus (TKK)
Tanda Kecakapan Khusus (TKK) diberikan kepada Pramuka yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu. Lambang TKK berbentuk bulat dengan gambar yang sesuai dengan bidang keahlian yang dicapai, seperti memasak, pertanian, olahraga, seni, dan lain-lain.
Lambang Tanda Penghargaan
Tanda Penghargaan adalah lambang yang diberikan kepada anggota Pramuka yang telah memberikan kontribusi besar atau prestasi luar biasa. Contoh tanda penghargaan antara lain Bintang Tahunan, Lencana Wiratama, dan Satya Lencana Melati. Lambang-lambang ini menggambarkan penghargaan atas dedikasi, pengabdian, dan prestasi anggota Pramuka. Lambang-lambang Pramuka bukan hanya sekadar simbol, tetapi juga merupakan representasi dari nilai-nilai, prinsip, dan semangat yang dianut oleh Gerakan Pramuka. Setiap lambang memiliki makna yang dalam dan filosofis, mencerminkan tujuan dan harapan dari gerakan ini. Dengan mengenal dan memahami lambang-lambang ini, kita dapat lebih menghargai dan mendukung peran penting Pramuka dalam membentuk karakter generasi muda Indonesia. Lambang-lambang ini juga mengingatkan kita akan pentingnya semangat kebersamaan, keberanian, dan dedikasi dalam mencapai cita-cita dan berkontribusi bagi masyarakat.
Lambang Pramuka – Lambang Pramuka adalah sebuah tanda pengenal organisasi kepanduan nasional, Gerakan Pramuka. Lambang Pramuka ini bersifat tetap dan resmi sebagai identitas Gerakan Pramuka Nasional Indonesia.
Lambang Gerakan Pramuka adalah sebuah bayangan (siluet) Tunas Kelapa. Lambang ini diciptakan oleh salah seorang pembina pramuka pada tahun 1961, Soenardjo Atmodipoerwo. Melalui lambang ini, terdapat cita-cita dan harapan untuk gerakan pramuka dan anggota gerakan pramuka itu sendiri.
Kata ‘Pramuka’ merupakan singkatan dari Praja Muda Karana. Kata ini memiliki arti jiwa muda yang suka berkarya.
Kata pramuka ini diambil oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang berasal dari kata ‘Poromuko’. Kata poromuko ini memiliki arti sebagai pasukan terdepan dalam perang.
Organisasi ini pertama kali muncul berawal dari cabang Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO) milik Belanda. Cabang NPO ini terbentuk pertama kali pada tahun 1912 di Bandung.
Pada tahun 1916, NPO pun berubah nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereniging (NIPV). Masih pada tahun yang sama, Mangkunegara VII ikut membentuk organisasi kepanduan pertama di Indonesia. Organisasi ini dia beri nama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).
Terbentuknya JPO oleh Mangkunegara ini kemudian memicu gerakan nasional lainnya guna membentuk organisasi serupa. Organisasi yang muncul terinspirasi oleh JPO ini di antaranya, kepanduan Hizbul Wathan (HW) pada tahun 1918, Jong Java Padcinderij (JJP) pada tahun 1923, National Padvinders (NP), Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS), National Indonesische Padvinderij (NATIPIJ).
Setelah lahir banyaknya gerakan kepanduan, penggabungan organisasi pandu pun terjadi pada tahun 1926. Hal ini diawali dengan lahirnya Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO) yang merupakan peleburan dua organisasi kepanduan, NPO dan JPO.
Karena banyaknya organisasi milik Indonesia yang lahir, Belanda pun melarang organisasi yang berada di luar milik Belanda menggunakan nama Padvinder. Maka setelah itu, K.H. Agus Salim memperkenalkan sebuah istilah, ‘Pandu’ atau ‘Kepanduan’ sebagai ciri organisasi kepramukaan milik Indonesia.
Setelah memiliki nama sendiri, muncullah Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) pada 23 Mei 1928. Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) ini memiliki anggota yang terdiri dari INPO, NATIPIJ, SIAP, dan PPS.
Setelah kemerdekaan, lahirlah sebuah kepanduan yang bersifat nasional. Kepanduan ini bernama Pandu Rakyat Indonesia yang lahir pada 28 Desember 1945.
Dalam perjalanannya, organisasi kepanduan Indonesia yang jumlahnya ratusan itu pun akhirnya dibagi menjadi beberapa federasi. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa federasi tersebut memiliki kelemahan, maka dibentuklah Persatuan Kepanduan Indonesia atau PERKINDO.
Kemudian pada tahun 1960, untuk membenahi organisasi kepanduan di Indonesia, pemerintah dan MPRS pun mengumpulkan para tokoh dari masing-masing kepanduan. Hingga pada akhirnya, pada 9 Maret 1961, rapat untuk kepanduan Indonesia pun terlaksana dan dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno.
Saat itu, Presiden Soekarno menyampaikan bahwa organisasi kepanduan yang ada di Indonesia harus diperbaharui. Selain itu, aktivitas pendidikan harus diganti dan seluruh organisasi kepanduan harus dilebur menjadi satu dengan nama Pramuka.
Setelah usulan tersebut tercetus, Presiden Soekarno pun membentuk panitia guna pembentukan gerakan Pramuka. Panitia ini terdiri dari Sultan Hamengkubuwono IX, Brigjen TNI DR. A. Aziz Salah, Prof. Prijono, dan Achmadi.peristiwa ini pun kemudian dikenal dengan Hari Tunas Gerakan Pramuka karena menjadi dasar terbentuknya gerakan pramuka di Indonesia.
Hasil kerja dari panitia tersebut pun melahirkan sebuah keputusan yang disebut lampiran Keputusan Presiden Nomor 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka. Peristiwa yang terjadi pada 20 Mei 1961 ini pun dikenal dengan sebutan Hari Permulaan Tahun Kerja.
Beberapa hari setelah itu, tepatnya pada 20 Juli 1961, seluruh tokoh kepanduan Indonesia pun berkumpul di Istora Senayan. Mereka pun menggabungkan diri dengan organisasi kepanduan nasional, Gerakan Pramuka Indonesia. Hari yang bersejarah ini pun diperingati sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.
Setelah ikrar pramuka dilakukan, pada 14 Agustus 1961, dilakukanlah Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS). Kegiatan ini diketuai langsung oleh Presiden Soekarno dengan Sultan Hamengkubuwono IX sebagai wakil ketua I, dan Brigjend TNI Dr. A. Aziz Ssaleh selaku wakil ketua II.
Kegiatan ini pun dimulai dan ditandai dengan penyerahan panji Pramuka oleh Presiden Soekarno kepada para tokoh Pramuka. Acara ini pun dihadiri oleh ribuan anggota pramuka untuk memperkenalkan gerakan pramuka kepada masyarakat. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hari Lahir Pramuka.
Penggunaan Lambang Pramuka
Lambang pramuka, tunas kelapa, merupakan identitas organisasi yang bersifat tetap. Lambang pramuka ini pun dapat digunakan pada bendera, pandi, papan nama satuan (kwartir), seragam pramuka, tanda pengenal, dan alat administrasi gerakan pramuka, atau hal lain yang berhubungan dengan identitas gerakan pramuka Indonesia.
Penggunaan lambang ini dimaksudkan sebagai alat pendidikan untuk meningkatkan dan menanamkan sifat serta keadaan seperti yang tertuang dalam makna lambang tunas kelapa. Hal ini tentu ditunjukkan untuk setiap anggota gerakan pramuka.
Setiap anggota gerakan pramuka diharapkan mampu untuk mengamalkan dan mempraktikkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya kepada masyarakat sekitar untuk membantu perkembangan peradaban. Sebab, generasi muda yang bergabung dalam gerakan pramuka diharapkan untuk dapat menjadi kader pembangunan negeri yang berjiwa pancasila.
Buah Nyiur Dapat Bertahan Lama
Lambang ini mengiaskan setiap Pramuka adalah seorang yang sehat rohani dan jasmani serta memiliki tekad yang besar dalam menghadapi segala tantangan hidup. Setiap Pramuka juga siap menempuh segala ujian dan kesukaran untuk mengabdi pada Tanah Air dan bangsa Indonesia.
Arti Lambang Pramuka Tunas Kelapa
Buah Nyiur atau Kelapa yang Tumbuh
Lambang buah nyiur yang tumbuh menggambarkan setiap Pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Nyiur Tumbuh Menjulang
Nyiur bertumbuh menjulang lurus ke atas mengiaskan setiap Pramuka mempunyai mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus, mulia, jujur, dan tidak mudah digoyahkan.
Nyiur Dapat Tumbuh di Mana Saja
Nyiur melambangkan upaya besar setiap Pramuka untuk dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat di mana ia berada.